Ciri remaja di era digital yang keempat adalah perubahan proses belajar. Cara belajar remaja sekarang berbeda dengan remaja tempo doeloe. Dulu remaja belajar sangat mengandalkan peran guru, orangtua dan buku. Biasanya yang disebut belajar itu ketika mendengarkan guru di kelas atau membaca buku. Ada juga orangtua yang mengajar anaknya sendiri. Terkadang ngajar ngaji, bantu kerjain pr atau tugas dari sekolah.
Semakin canggihnya teknologi membuat perubahan dalam proses belajar.
Remaja sekarang sebagai bagian dari generasi digital punya guru yang
paling “hebat” dan “setia”. Guru itu selalu memberikan jawaban atas
segala pertanyaan. Bahkan resah dan gelisahnya merekapun bisa diberikan
solusinya. Bahkan guru ini pun sangat setia menemani dan mendampingi
murid-muridnya 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Gak pake cuti dan libur.
Ada yang tahu siapa nama guru ini?
Iya, betul. Namanya pak gugel dan bu gugel, ini kalo lagi tugas di
Indonesia. Kalo lagi tugas ke luar negeri namanya jadi Mr. Google and
Mrs. Google. Banyak remaja sekarang belajarnya melalui internet. Mereka
mencari bahan pelajaran, mengerjakan tugas atau latihan soal untuk
ujian. Internet memberikan banyak kemudahan untuk mereka belajar. Banyak
sumber belajar yang tak terbatas tersedia dengan gratis. Tidak dibatasi
ruang dan waktu. Kapan saja dan dimana saja mereka bisa belajar. Bisa
sendirian atau bersama-sama.
Salah satu dampaknya adalah sebagian remaja segan membuka buku
pelajaran yang tebal. Apalagi kalo gaya bahasa, desain dan layoutnya
tidak menarik. Mungkin buku tebal itu cuma dipake buat bantal. Remaja
tidak begitu suka dengan teks yang banyak dan monochrome (satu warna,
biasanya hitam). Mereka lebih suka dengan sedikit teks, ada gambar dan
suara. Apalagi kalo gambarnya bisa bergerak dan ada suara musik
pengiring. Iya, mereka lebih senang melihat materi pelajaran dalam
format audio visual daripada teks.
Buku pelajaran sekarang sebagian sudah memenuhi tuntutan remaja.
Teksnya sudah warna-warni, banyak gambar, desain dan tata letaknya
juga sudah enak dilihat. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah cara
guru mengajar. Sekarang sudah tidak tepat lagi mengajar hanya
menggunakan komunikasi satu arah saja. Guru harus lebih dialogis dan
membuka ruang untuk siswa berpendapat dan berkreasi. Guru juga dituntut
membuat media pembelajaran dengan menggunakan teknologi terkini.
Blog yang dibuat guru bisa jadi sarana pembelajaran yang bagus. Para
pelajar bisa membaca materi pelajaran kapan dan dimana saja. Tidak harus
di dalam kelas. Pekerjaan rumah atau PR bisa dikumpulkan melalui
e-mail. Di kelas pun guru bisa kreatif mengajar menggunakan presentasi
power point yang disisipi musik pengiring. Kalo bisa membuat animasi
atau flash itu lebih baik lagi. Belajar jadi sangat mengasyikkan buat
remaja dan guru.
Hal ini juga harus disadari oleh orangtua. Jangan mengajar atau
meminta anaknya belajar dengan cara “jadul”. Biarkan remaja belajar
dengan caranya sendiri yang penting diarahkan dan diawasi. Bisa jadi
nanti mereka tidak perlu buku tulis dan buku pelajaran yang tebal lagi.
Cukup pake pc tablet saja, bahan pelajaran dari guru bisa didownload
dan disimpan. Mencatat dan mengerjakan tugas bisa pakai tablet itu.
Sekolah cukup menyediakan hot spot di semua ruangan. Guru dan siswa bisa
berdiskusi melalui fasilitas chatting atau video conference. Asyik kan,
belajar di era digital…