. Akademi Persepakbolaan Plumbon slatan INDRAMAYU: 06/09/12

CCTV

Plumbon,Indramayu,INDONESIA .. WE'RE THE ONE

Saturday 9 June 2012

Barclays premier league logo team






















Domain Gratis Sob



Semoga apa yang saya inginkan mudah - mudah tercapai menjadi domain[dot]com.. Informasi ini saya dapatkan dari Domain Gratis  .. Bagi yang Punya blog baru dan Pengen ganti nama domain [dot] com, [dot] net, atau [dot] org 

Ada cara mudah buat dapetin domain sendiri yang bergengsi plus gratis. Gimana caranya ? Sobat cukup ngajak/refer 9 temen Sobat buat ikutan daftar, setelah itu, Sobat langsung bisa milih dari ketiga domain ( [dot] com, [dot] net,  [dot] org ) Gratis.
Dari pada domain sendiri yang premiun atau berbayar, mendingan gratis dengan sedikit syarat, yang penting syaratnya ngga mbayar . . . Sip deh . . . .Nah, kalau Sobat pengen coba-coba, ikutin aja tutorial daftarnya,

Cara Daftarnya : 
  1. Sobat daftar dulu di sini ( dimohon kerja samanya kalau berminat daftar disini)
  2. Pertama, pilih layanan yang diberikan yaitu, mengajak/ref  9 teman untuk satu domain gratis, atau mengajak 16 teman, untuk 2 domain gratis
  3. Masukan email dan pasword.. jangan lupa centang dan klik register
  4. Kemudian, Sobat akan masuk pada halaman pengisian identitas, isi saja seperti biasa,
  5. Lalu, akan muncul halaman status, karena baru mendaftar maka statusnya masih kosong, maksudnya temennya masih kosong
  6. Nah, selesailah . . . .(Pada menu 'Your Status' ikutin perintah pada 'click here' )
Semoga setelah anda daftar lewat refrel ane, puasa ente semakin semangat dan diterima sama Allah SWT

Anak Bengal Pun Bisa Berprestasi

Anak Bengal Pun Bisa Berprestasi
 
Profesi guru bukanlah sebuah profesi sederhana. Guru bukanlah sekadar penyampai pengetahuan kepada anak didik. Jika hanya mengfungsikan sebagai penyampai pengetahuan, tentunya guru hanya berposisi sebagai pengajar. Oleh karena itu, guru mestinya menjiwai profesinya agar dapat mengendalikan anak didik sehingga mereka benar-benar menjadi pribadi cerdas dalam balutan kesantunan sikap. Dan di sinilah kesadaran itu diperlukan.
Sesungguhnya profesi guru memerlukan kekuatan mental dan pengetahuan. Kekuatan mental diperlukan agar guru tidak mudah marah, emosional, atau putus asa. Menghadapi heterogenitas atau kemajemukan anak didik, tentunya guru harus menjaga kesabaran. Maka, guru hendaknya meng-up date pengetahuannya sehingga mampu mengubah situasi pembelajaran menjadi lebih “hidup”.
Pada Tahun Pelajaran 2011-2012 ini, saya ditunjuk oleh kepala sekolah agar menjadi walikelas IX-F. Sebagai bawahan, tentunya saya tidak boleh menolak pemberian tugas dari atasan. Demi menjaga loyalitas dan integritas, saya menerima pelimpahan itu seraya berusaha menunaikannya dengan penuh tanggung jawab. Sebagai langkah awal, saya berusaha mencari informasi tentang kondisi kelas IX-F. Dan hasilnya sungguh membuatku tercengang. Mengapa?
Dari data yang ada, ternyata anak kelas IX-F memiliki “catatan khusus.” Catatan khusus itu berisi catatan tentang kenakalan sewaktu berada di kelas VII dan VIII. Banyak anak didikku terlibat penipuan, pencurian, tawuran, merokok, dan kebut-kebutan. Maka, wajarlah mereka memeroleh predikat sebagai murid paling bodoh dan bengal. Sepertinya pihak sekolah sengaja menempatkan murid-murid bengal itu dalam satu kelas agar tidak mengganggu kelas-kelas lain.
Pada awal tahun pelajaran, saya mengenalkan diri sebagai wali kelasnya. Lalu, saya pun berusaha mengenal mereka satu per satu. Namun, sungguh sikap anak-anak membuat emosiku hampir tersulut. Mereka tidak mengacuhkan status dan pekerjaanku. Mereka justru terlihat ngobrol dengan teman sebangku, lempar-lemparan kertas, meletakkan kepala di atas meja, dan menguap. Benar-benar situasi pembelajaran yang sangat tidak kondusif.
Atas kondisi tersebut, saya pun berusaha mengubah pendekatan pembelajaran. Saya mendekati anak-anak itu satu per satu. Saya mengikhlaskan jam pelajaranku demi mengenal mereka lebih dekat. Bagiku, pengenalan akan memberikan kesan sehingga mereka akan merasa segan dan menghormati gurunya. Sambil berjalan menyusuri kelas, saya menyapa satu per satu. Dari situlah, mereka mulai berani berbicara. Mereka berani menjawab pertanyaan meskipun sering ucapan mereka terkesan kurang sopan. Tak apalah, yang penting anak-anak sudah berani berbicara kepadaku. Pertemuan minggu pertama pun cukup mengesankan karena saya dapat mengenal mereka secara pribadi.
Pada jam istirahat atau tidak mengajar, saya membaca buku induk dan leger. Saya ingin mengetahui latar atau kondisi keluarganya. Dengan membaca buku induk, saya dapat mengetahui profesi orang tua dan tempat tinggalnya. Untuk melengkapi data, saya menelaah buku leger atau buku nilai. Dan sungguh saya teramat terkejut. Ternyata anak-anak kelas IX-F memiliki nilai yang teramat pas-pasan. Rerata nilai mereka berada pada kisaran Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk anak yang memiliki catatan khusus, saya mencatat alamat dan nama orang tuanya. Dari sinilah, saya mulai berpikir tentang strategi pembelajaran dan posisi sebagai wali kelas.
Sebagai langkah awal, saya menggunakan video motivasi. Saya memanfaatkan teknologi untuk menyadarkan kebengalan anak-anakku. Kebetulan video itu berisi olimpiade orang-orang cacat atau paraolympiad. Video itu menggambarkan perjuangan para atlet agar dapat meraih medali. Karena mereka cacat fisik, sering peserta paraolimpic itu terjatuh. Dan ketika terjatuh itulah, saya berkata, “Mereka cacat dan jatuh, tetapi mereka selalu bangkit dan terus berjuang. Apakah kalian tidak malu?
Ternyata pemutaran video itu memberikan efek positif. Anak didikku yang dikenal bengal dan urakan tiba-tiba terdiam. Mereka menundukkan kepala. Bahkan, anak didikku yang putri terlihat berlinang air mata. Dan ini adalah kesempatan emas bagiku untuk menguatkan kesan ke dalam sanubarinya. Maka, saya pun berujar, “Orang tua kalian bekerja membanting tulang agar dapat membiayai sekolahmu. Lalu, apakah kalian tidak merasa berdosa karena sering membolos dan bermalas-malasan?”
Dan terpekiklah tangisan-tangisan anak-anakku. Kelas pun menjadi hening dan benar-benar menyayat karena tangisan-tangisan anak-anakku. Saya memandangi anak-anakku satu per satu. Tak satu pun anak-anakku berani memandang lurus ke depan kelas. Rerata mereka tertunduk dengan mata sembab karena linangan air mata. Pada pagi itu, saya membiarkan anak-anakku menangis sesenggukan. Saya membaca bahwa anak-anakku mulai menyadari bahwa kelakuan mereka selama ini adalah salah. Usai bel berbunyi, saya pun menutup pelajaran sambil berpesan, “Anak-anak, saya akan berkunjung ke rumah kalian. Tunggulah kedatanganku!”
Kebetulan saya bertempat tinggal dekat dengan sekolah. Murid-muridku adalah tetanggaku sehingga saya juga mengenal orang tuanya. Rerata orang tua muridku memang merantau ke Jakarta atau kota besar lainnya. Oleh karena itu, saya tidak memerlukan hari khusus untuk mengadakan home visit atau kunjungan ke rumah murid. Maka, hampir setiap sore saya berusaha meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah mereka. Dan hasilnya sungguhlah mengesankan: rerata orang tuanya kurang memedulikan belajar anaknya karena mereka – orang tuanya – tidak berada di rumah. Di sinilah, saya mendapatkan informasi yang teramat berarti bagi penerapan strategi pembelajaran agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan.
Menghadapi kondisi anak yang bengal dan bodoh karena kemiskinan perhatian orang tua tentu diperlukan kematangan berpikir. Maka, saya pun berusaha menggunakan media yang ada di sekolah dan fasilitas yang saya miliki. Karena sekolah sudah memiliki fasilitas hot spot, saya sering menampilkan pembelajaran langsung dengan menggunakan internet. Sebagai contoh, saya menggunakan video berita televisi untuk pembelajaran mendengarkan pembacaan berita. Saya menggunakan rekaman wawancara untuk pembelajaran kompetensi berbicara dan menarasikan dialog interaktif. Karena pembelajaran berlangsung secara live, kelas pun menjadi hidup. Anak-anak terlihat senang dan bergairah. Karena mereka sudah bersemangat, saya pun memasukkan nilai-nilai motivasi di sela-sela pembelajaran. Dan hasilnya sungguhlah teramat mengagumkan.
Menurut catatanku sebagai guru dan wali kelasnya, terjadi peningkatan pemerolehan nilai pada setiap kesempatan. Pada waktu dilaksanakan UTS (Ujian Tengah Semester) Gasal, hampir semua anak hanya mendapatkan nilai sebatas KKM. Bahkan, banyak anak memeroleh nilai di bawah KKM. Lambat laun, prestasi itu merangkak naik. Ketika dilaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) Gasal, lima anakku menjadi peraih nilai terbaik di kelas IX paralel.
Prestasi itu terus melejit. Pada try out tahap 1, memang hanya 2 anak yang dinyatakan lulus. Namun, anak yang lulus berubah menjadi 12 dan 20 pada try out tahap 2 dan 3. Puncak prestasi terjadi pada pengumuman hasil UN kemarin (2 Juni 2012). Semua anakku lulus. Bahkan, dua anakku menjadi juara 1 dan 5 paralel atas nama Kristanto dan Nova Abdul Khobar. Kegembiraanku makin bertambah karena 4 anakku meraih nilai Bahasa Indonesia terbaik se-Kabupaten Sragen, yakni 9,8. Saya jamin bahwa perolehan nilai itu 100% jujur. Sungguh kebahagiaan guru terbaca pada keberhasilannya memberikan layanan pendidikan yang humanis kepada anak didiknya. Selamat berjuang, anak-anakku. Mudah-mudahan segala cita-citamu dapat tercapai!